Usianya baru 24 tahun. Meski begitu, Brian Arfi Faridhi sangat berpotensi menjadi pengusaha sukses. Modalnya bukan setumpuk uang, melainkan keberanian mencoba berbagai jenis usaha untuk menempa talenta bisnisnya. Setelah berkali-kali gagal, mahasiswa ITS itu mulai menemukan jalur sukses di jasa web development dan online marketing.
Memasuki ruang tamu di sebuah rumah yang tidak terlalu besar di kawasan Semolowaru, Surabaya, tampak deretan rak yang menempel di sekeliling tembok. Di rak tersebut dipajang pernak-pernik dan aneka kebutuhan muslim.
Ada buku bacaan Islam, kitab suci, obat-obatan herbal, dan buku-buku anak. Di sebelah salah satu rak tersebut, ada sebuah ruangan yang di dalamnya terdapat lima orang laki-laki yang sedang asyik dengan komputer masing-masing. Salah satunya adalah Brian Arfi Faridhi, owner PT Dhezign Online Solution.
Laki-laki yang kini masih tercatat sebagai mahasiswa Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) sejak 2003 mulai menceritakan tentang perjalanan bisnisnya.
Melakoni berbagai jenis bisnis, tampaknya, sudah menjadi menu sehari-hari Brian. Mulai bisnis les privat, berjualan parfum di koridor kampus, buka lapak, jual jus di rombong kaki lima, jual roti bakar, burger penyet, es bubur kacang ijo, hingga berjualan batagor keliling pun sempat dilakoni.
Namun, di tengah usahanya menekuni beragam bisnis yang dirintis itu serta di sela-sela kesibukan kuliah, dia pun kerap bereksperimen dengan komputer. Mulai nge-blog, ikut milis, hingga mendesain sebuah website. Dari kegemaran bereksperimen dengan komputer itulah, pada 2006, lahir sebuah toko yang men-display produk secara online (toko online).
Bisnis via internet yang dirintis tersebut bertujuan memberi wadah bagi siapa saja yang ingin memasang iklan. Toko online itu bisa menjadi alternatif pemasaran produk. "Yang biasanya pasang iklan di majalah atau koran, kini bisa lebih mudah melalui online," terang peraih juara I Wirausaha Muda
Mandiri 2009 kategori Industri Kreatif Mahasiswa tersebut.
Untuk mendapatkan orang yang mau memasarkan produknya di internet, Brian pun menyebarkan proposal. Sayang, keberuntungan belum berpihak kepada dirinya. Meski sudah menyebarkan banyak proposal kepada pihak-pihak yang dirasa potensial memasang iklan, ternyata proposal-proposal itu tidak ada yang sukses. "Tidak ada yang mau. Untuk foto produknya saja mereka enggan," ungkapnya.
Tidak berputus asa, dia pun mencari sendiri konsumen secara langsung tanpa proposal. Ketika itu, tutur Brian, ada sebuah toko yang berjualan buku-buku bacaan muslim. Dia pun menghampiri dan mengungkapkan maksud serta tujuannya kepada sang pemilik. "Saya pinjam buku-buku dan minta izin untuk saya scan sampulnya, selanjutnya dipajang di internet. Saya pinjam dengan jaminan KTP," kenang suami Juanita Vyatri tersebut.
Untuk melengkapi informasi saat men-display produk di internet, selain melakukan scan, dia menimbang dan mengukur buku-buku tersebut. Tujuannya, pembeli bisa tahu berat dan ukuran buku yang akan dibeli. Itu sangat berguna ketika harus dikirim melalui paket. "Nah, setelah di-display di internet itulah, akhirnya ada pembeli dari luar Jawa, yaitu Samarinda dan Batam," tuturnya.
Dari toko online itu, bisnis via internet yang dilakoni Brian makin berkembang. Dia mengembangkan keahliannya dengan membuat situs VimpleShop.com. Fungsinya sama seperti toko. Namun, aplikasi itu seperti blog. Jadi, gratis dan bisa dikreasi sendiri oleh blogger. "Tapi, ada juga yang bayar, jika konsumen mau nambah banner, fitur diskon, dan tambahan kecil-kecil lainnya," ujar ayah tiga anak tersebut.
Merasa masih punya keahlian lain yang bisa digali, Brian pun mencoba peruntungan di bidang web development. Yaitu, merancang dan membuat website pesanan. Melalui web development itu, dia menerima banyak pesanan pembuatan company profile.
Menurut Brian, membuat website tidak mudah. Butuh kecermatan dan kejelian. Sebab, membuat website sama seperti membangun sebuah rumah. Diperlukan analisis sebagus apa dan sebesar apa web yang akan dibuat. Perlu juga diperhatikan seribet apa, sedetail apa, dan secanggih apa website itu. Juga, bagaimana tipe yang akan dibuat, company (perusahaan) atau toko. "Jadi, seperti arsitek," tegasnya.
Pembuatan company profile, misalnya. Secara teknis, satu hingga dua minggu pembuatan profil sudah selesai. "Biasanya yang lama itu nunggu acc dari klien. Kadang dari pihak mereka harus dikonsultasikan dulu dengan atasan dan pimpinan-pimpinannya," ujarnya.
Ada pun beberapa perusahaan yang telah memanfaatkan jasanya adalah Baba Rafi, Yayasan Kas Pembangunan, Indah Bordir (toko batik di Sidoarjo), serta Universitas Wijaya Putra.
Brian tidak main-main dengan usaha yang sedang digeluti itu. Untuk urusan web development misalnya, dia tidak ingin ada barang bajakan. Salah satunya, memilih program PhotoShop yang orisinal seharga Rp 7 juta. ''Itu menunjukkan seberapa serius kami dengan klien. Kami jual jasa dan skill. Nah, kalau kita tidak mau menghargai orang (pembuat) PhotoShop, sama artinya kita tidak berkomitmen,'' ujarnya.
Untuk menunjukkan keseriusan melayani konsumen, dia pun memberikan garansi. Sebulan setelah web selesai dan klien tidak puas, pihaknya menjamin 100 persen uang kembali. "Tapi, kalau proyek belum selesai dan pengorder membatalkan, jaminan tidak kami berikan. Sebab, kami sedang berusaha membuat," terangnya.
Lalu, berapa kali bisa membuat website dalam sebulan? Tidak pasti, bergantung kapasitas website yang akan dibuat. Menurut Brian, jika website sederhana, sebulan bisa sampai lima website. ''Bergantung permintaan customer, mau yang seperti apa,'' tuturnya.
Melalui PT Dhezign Online Solution yang dia dirikan pada 2008, ada dua jenis usaha yang kini di bawah naungannya. Yaitu, web development dan online marketing. Hingga kini, setidaknya sudah lebih dari 50 klien memanfaatkan jasa tersebut. ''Sekitar 30 klien dari luar negeri seperti Amerika, Inggris, Yunani, Australia, dan Belanda,'' jelas Brian.
Menemukan klien dari luar negeri juga mudah. Cukup masuk ke milis-milis. Nah, di sana nanti pasti bertemu banyak orang yang juga dari luar negeri.
Modal untuk mendirikan bisnis online juga cukup sederhana. Asalkan punya skill, bisa desain programming, ada komputer, dan koneksi internet, semua bisa berjalan. Biaya hosting (space atau tempat di internet untuk menyimpan data-data situs) cukup Rp 150 ribuan. Bayar domain (nama situs yang dimiliki di internet) juga Rp 150 ribu selama setahun.
Dikatakan, untuk mendesain toko online yang sederhana, harganya Rp 350 ribu hingga Rp 1 juta, sudah termasuk domain. Untuk website bisa mencapai Rp 5 juta hingga Rp 100 juta, bergantung spesifikasi website yang akan dibuat. Menurut Brian, besarnya omzet berdasar proyek. Jadi, tidak bisa diprediksi. "Secara keseluruhan, omzet PT Dhezign Rp 500 juta per tahun," katanya.