Monday 28 February 2011

Valentino Eka Laksana Putra Pendiri RTRW-NET terbesar di Provinsi Jawa Tengah


Cara Mudah Melihat Info Dunia Via RTRW-NET

Untuk mengakses internet kedalam rumah dengan ongkos yang murah kni bukan menjadi halangan lagi bagi masyarakat.Hal ini setelah munculnya usaha RTRW-Net yang mulai berkembang di Kota Pekalongan.Tak pelak jika dengan adanya perangkat itu masyarakat dengan mudah melihat ‘jendela duni’ melalui berbagi situs yang ada.
Pengelola RTRW-Net Valentino Eka Laksana Putra kepada warta mengatakan, usaha yang ditekuninya ternyata cukup diminati oleh masyarakat, mengingat fasilitas yang diberikan cukup lengkap untuk mengakses berbagai kebutuhan melalui internet.Disisi lain iuran yang dikenakan para penggunannya sangat ringan yakni hanya Rp 60 ribu/bulan,”Dengan biaya itu masyarakat bias mudah mengakses berbagai kebutuhan informasi melalui internet 24jam,’ujarnya.
Menurutnya, kedepan RTRW-Net akan terus berkembang, karena masyarakat tidak perlu dating ke warnet untuk mengakses informasi,melainkan cukup membuka computer dirumah.Bahkan RTRW-Net bias digunakan untuk rapat serta koordinasi dan komunikasi RT/RW.
Disinggung tentang perangkat dan kualitas,Eka mengakui, jika perangkat yang digunakan menggunakan pemancar berkualitas dengan radius yang dibutuhkan sesuai penggunaannya,”Kami telah mensetting secara standart kualitas yang ada.Disisi lain kami terus melakukan monitoring jika ada kendala,”kami selalu siap memberikan pendampingan bagi penggunanya,”ungkapnya.RTRW-Net yang kini telah beroperasi adalah di perumahan Limas Indah Kota Pekalongan dan Perumahan Kalisalak Batang.(Riy)
Warta KOTA BATIK|XVIII/IX


Sunday 27 February 2011

18 Tahun, Sudah Punya Puluhan Karyawan


KOMPAS.com - Bisnis aneka minuman cepat saji kian mengalir. Mulai mengusung merek pribadi hingga waralaba (franchise). Bahan dasarnya bisa susu, cincao, teh, sinom alias jamu, buah, hingga yang serba racikan sendiri. Bisnis teh kemasan siap saji misalnya, banyak diminati lantaran keuntungan yang diperoleh cukup besar, cara pembuatannya juga tak sulit.
Meracik teh yoghurt kini menjadi andalannya. Padahal, Victor Giovan Raihan, pelajar 18 tahun ini, semula hanya iseng-iseng saja membuat minuman yang memadukan teh dan susu fermentasi ini. Hasilnya, minuman olahannya ternyata memiliki banyak penggemar.
“Modal awalnya Rp 3 juta dengan meminjam dari orangtua sekitar 2010. Saat ini per outlet paling apes menghasilkan Rp 2 juta per bulan. Outlet lain yang ramai bisa lebih dari itu,” aku pemilik merek Teh Kempot ini.
Ide menamai Teh Kempot berasal dari cara orang minum teh kemasan dengan sedotan, jika teh terasa enak dan hampir habis pasti orang akan terus menyedot hingga bentuk pipinya kempot. Begitu kira-kira harapan Victor menjadikan teh yoghurt berasa paling yummy.
Sulung dua bersaudara yang bersekolah di SMA Negeri 1 Kepanjen ini memiliki 10 outlet yang dikelola sendiri dan 17 outlet yang dikelola oleh mitranya. Bermitra dengannya cukup bayar Rp 3,5 juta dan akan mendapatkan 1 paket booth (gerobak), alat masak dan 100 cup (gelas kemasan) pertama. Dua mitra diantaranya ada di Jakarta dan Palembang, lainnya tersebar di Kota Malang.
“Saya belum berani menjual hak dagang secara franchise karena masih sangat pemula. Jujur saja bisnis teh kemasan siap saji ini marjin keuntungannya bisa 350 persen. Kalau kuliner seperti, Bakso Mercon yang sedang saya kelola, marjin keuntungannya hanya 100 persen,” lanjut putra pasangan Sri Winarsih dan Bambang Hermanto.
Victor memang lebih dulu mengelola bisnis bakso, ketimbang teh yoghurt. Outlet baksonya baru ada lima, kesemuanya ada di Malang. Tahun ini, ia berencana nambah lima outlet. Bisnis yang dikelolanya ini belakangan berkembang ke minuman. Alasannya sederhana, kalau orang makan bakso pasti butuh minum.
“Saya coba beli daun teh setengah matang dari pemasok, saya kelola sendiri lalu saya mix dengan yoghurt (susu fermentasi). Ada rasa lemon tea, stoberi, dan cokelat,” ujar pria yang bermukim di Jl Panji II Kepanjen ini.
Per kemasan atau segelas teh yoghurt ukuran 250 ml dijual seharga Rp 2.000-2.500. Jumlah karyawan yang bekerja padanya kini tak kurang dari 50 orang, termasuk untuk outlet bakso dan teh yoghurt.
Setiap harinya, ia bisa menghabiskan 20 kg daun teh kering untuk diproduksi atau menjadi 70 gelas. Gula yang dibutuhkan 4 kg per outlet per hari. Sedangkan kebutuhan daging untuk bakso sekitar 20 kg per hari.
“Usaha bakso tetap akan jadi core business saya karena omzetnya besar. Kalau teh hanya sampingan. Ke depan, saya akan tambah mitra di kota-kota besar, seperti Surabaya dan Sidoarjo,” lanjut Victor.
Ia mengaku, jalan yang ia tempuh dari hasil kerja kerasnya kini membawa keberuntungan yang luar biasa di usianya yang masih belia. “Saya tidak tahu jika dulu saya mengikuti anjuran ayah untuk sekolah di kepolisian apa ‘omzet’nya akan sebesar ini. Keluarga besar saya semua di jalur angkatan bersenjata. Tapi saya tidak minat mengikuti jejak tersebut,” yakinnya.
Untuk perluasan usaha, Victor masih enggan mengajukan kredit kemana-mana. Pakai modal pribadi dan pinjam orangtua masih memungkinkan. “Toh bapak saya dapat fasilitas kredit dari bank, yakni kredit kepolisian. Saya pinjam dari situ juga,” pungkasnya. (Dwi Pramesti YS)

Friday 25 February 2011

Brian Faridhi, Sukses Berkat Utak-atik Komputer


Usianya baru 24 tahun. Meski begitu, Brian Arfi Faridhi sangat berpotensi menjadi pengusaha sukses. Modalnya bukan setumpuk uang, melainkan keberanian mencoba berbagai jenis usaha untuk menempa talenta bisnisnya. Setelah berkali-kali gagal, mahasiswa ITS itu mulai menemukan jalur sukses di jasa web development dan online marketing.

brian_arfi_faridhiMemasuki ruang tamu di sebuah rumah yang tidak terlalu besar di kawasan Semolowaru, Surabaya, tampak deretan rak yang menempel di sekeliling tembok. Di rak tersebut dipajang pernak-pernik dan aneka kebutuhan muslim.

Ada buku bacaan Islam, kitab suci, obat-obatan herbal, dan buku-buku anak. Di sebelah salah satu rak tersebut, ada sebuah ruangan yang di dalamnya terdapat lima orang laki-laki yang sedang asyik dengan komputer masing-masing. Salah satunya adalah Brian Arfi Faridhi, owner PT Dhezign Online Solution.

Laki-laki yang kini masih tercatat sebagai mahasiswa Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) sejak 2003 mulai menceritakan tentang perjalanan bisnisnya.

Melakoni berbagai jenis bisnis, tampaknya, sudah menjadi menu sehari-hari Brian. Mulai bisnis les privat, berjualan parfum di koridor kampus, buka lapak, jual jus di rombong kaki lima, jual roti bakar, burger penyet, es bubur kacang ijo, hingga berjualan batagor keliling pun sempat dilakoni.

Namun, di tengah usahanya menekuni beragam bisnis yang dirintis itu serta di sela-sela kesibukan kuliah, dia pun kerap bereksperimen dengan komputer. Mulai nge-blog, ikut milis, hingga mendesain sebuah website. Dari kegemaran bereksperimen dengan komputer itulah, pada 2006, lahir sebuah toko yang men-display produk secara online (toko online).

Bisnis via internet yang dirintis tersebut bertujuan memberi wadah bagi siapa saja yang ingin memasang iklan. Toko online itu bisa menjadi alternatif pemasaran produk. "Yang biasanya pasang iklan di majalah atau koran, kini bisa lebih mudah melalui online," terang peraih juara I Wirausaha Muda Mandiri 2009 kategori Industri Kreatif Mahasiswa tersebut.

Untuk mendapatkan orang yang mau memasarkan produknya di internet, Brian pun menyebarkan proposal. Sayang, keberuntungan belum berpihak kepada dirinya. Meski sudah menyebarkan banyak proposal kepada pihak-pihak yang dirasa potensial memasang iklan, ternyata proposal-proposal itu tidak ada yang sukses. "Tidak ada yang mau. Untuk foto produknya saja mereka enggan," ungkapnya.

Tidak berputus asa, dia pun mencari sendiri konsumen secara langsung tanpa proposal. Ketika itu, tutur Brian, ada sebuah toko yang berjualan buku-buku bacaan muslim. Dia pun menghampiri dan mengungkapkan maksud serta tujuannya kepada sang pemilik. "Saya pinjam buku-buku dan minta izin untuk saya scan sampulnya, selanjutnya dipajang di internet. Saya pinjam dengan jaminan KTP," kenang suami Juanita Vyatri tersebut.

Untuk melengkapi informasi saat men-display produk di internet, selain melakukan scan, dia menimbang dan mengukur buku-buku tersebut. Tujuannya, pembeli bisa tahu berat dan ukuran buku yang akan dibeli. Itu sangat berguna ketika harus dikirim melalui paket. "Nah, setelah di-display di internet itulah, akhirnya ada pembeli dari luar Jawa, yaitu Samarinda dan Batam," tuturnya.

Dari toko online itu, bisnis via internet yang dilakoni Brian makin berkembang. Dia mengembangkan keahliannya dengan membuat situs VimpleShop.com. Fungsinya sama seperti toko. Namun, aplikasi itu seperti blog. Jadi, gratis dan bisa dikreasi sendiri oleh blogger. "Tapi, ada juga yang bayar, jika konsumen mau nambah banner, fitur diskon, dan tambahan kecil-kecil lainnya," ujar ayah tiga anak tersebut.

Merasa masih punya keahlian lain yang bisa digali, Brian pun mencoba peruntungan di bidang web development. Yaitu, merancang dan membuat website pesanan. Melalui web development itu, dia menerima banyak pesanan pembuatan company profile.

Menurut Brian, membuat website tidak mudah. Butuh kecermatan dan kejelian. Sebab, membuat website sama seperti membangun sebuah rumah. Diperlukan analisis sebagus apa dan sebesar apa web yang akan dibuat. Perlu juga diperhatikan seribet apa, sedetail apa, dan secanggih apa website itu. Juga, bagaimana tipe yang akan dibuat, company (perusahaan) atau toko. "Jadi, seperti arsitek," tegasnya.

Pembuatan company profile, misalnya. Secara teknis, satu hingga dua minggu pembuatan profil sudah selesai. "Biasanya yang lama itu nunggu acc dari klien. Kadang dari pihak mereka harus dikonsultasikan dulu dengan atasan dan pimpinan-pimpinannya," ujarnya.

Ada pun beberapa perusahaan yang telah memanfaatkan jasanya adalah Baba Rafi, Yayasan Kas Pembangunan, Indah Bordir (toko batik di Sidoarjo), serta Universitas Wijaya Putra.

Brian tidak main-main dengan usaha yang sedang digeluti itu. Untuk urusan web development misalnya, dia tidak ingin ada barang bajakan. Salah satunya, memilih program PhotoShop yang orisinal seharga Rp 7 juta. ''Itu menunjukkan seberapa serius kami dengan klien. Kami jual jasa dan skill. Nah, kalau kita tidak mau menghargai orang (pembuat) PhotoShop, sama artinya kita tidak berkomitmen,'' ujarnya.

Untuk menunjukkan keseriusan melayani konsumen, dia pun memberikan garansi. Sebulan setelah web selesai dan klien tidak puas, pihaknya menjamin 100 persen uang kembali. "Tapi, kalau proyek belum selesai dan pengorder membatalkan, jaminan tidak kami berikan. Sebab, kami sedang berusaha membuat," terangnya.

Lalu, berapa kali bisa membuat website dalam sebulan? Tidak pasti, bergantung kapasitas website yang akan dibuat. Menurut Brian, jika website sederhana, sebulan bisa sampai lima website. ''Bergantung permintaan customer, mau yang seperti apa,'' tuturnya.

Melalui PT Dhezign Online Solution yang dia dirikan pada 2008, ada dua jenis usaha yang kini di bawah naungannya. Yaitu, web development dan online marketing. Hingga kini, setidaknya sudah lebih dari 50 klien memanfaatkan jasa tersebut. ''Sekitar 30 klien dari luar negeri seperti Amerika, Inggris, Yunani, Australia, dan Belanda,'' jelas Brian.

Menemukan klien dari luar negeri juga mudah. Cukup masuk ke milis-milis. Nah, di sana nanti pasti bertemu banyak orang yang juga dari luar negeri.

Modal untuk mendirikan bisnis online juga cukup sederhana. Asalkan punya skill, bisa desain programming, ada komputer, dan koneksi internet, semua bisa berjalan. Biaya hosting (space atau tempat di internet untuk menyimpan data-data situs) cukup Rp 150 ribuan. Bayar domain (nama situs yang dimiliki di internet) juga Rp 150 ribu selama setahun.

Dikatakan, untuk mendesain toko online yang sederhana, harganya Rp 350 ribu hingga Rp 1 juta, sudah termasuk domain. Untuk website bisa mencapai Rp 5 juta hingga Rp 100 juta, bergantung spesifikasi website yang akan dibuat. Menurut Brian, besarnya omzet berdasar proyek. Jadi, tidak bisa diprediksi. "Secara keseluruhan, omzet PT Dhezign Rp 500 juta per tahun," katanya.

Dari Kurir Menjadi Miliarder


Memulai karirnya sebagai kurir tak menyurutkan semangat Anis Nugroho Widharto untuk terus berbisnis. Embel-embel sarjana ekonomi dari Universitas Diponegoro, Semarang juga tak lantas membuatnya malu memiliki pekerjaan seorang kurir. Lantas, apa yang membuat Anis yang kini menjabat sebagai Direktur Utama Lintas Group ini akhirnya nekat memulai bisnisnya yang belakangan kian menggurita tersebut?

"Apapun risikonya saya ambil dan nekat itu yang saya lakukan. Saya juga menikmati betul lezatnya berbisnis karena jatuh bangun bagi saya sudah biasa. Bahkan itu bukanlah sebuah kegagalan tetapi justru awal langkah kesuksesan," tutur Anis beberapa waktu lalu.

Berbisnis sejak tahun 2000, bersama sejumlah rekannya, Anis hanya bermodalkan uang sekitar Rp 25 juta pada tahun 2005. Saat itu, perkembangan bisnisnya relatif stagnan dan ia pun juga gagap berpikir dalam berbisnis. Akhirnya dengan segala cara, bapak tiga putri itu mulai mengedepankan networking (jaringan). Hasilnya, benar-benar mengejutkan karena lewat jaringan yang kuat itu pun Anis kian melebarkan sayap usahanya. Aset awal yang hanya Rp 25 juta itu, dalam waktu sembilan tahun bisa bergerak hingga puluhan miliar. Fantastis!

Salah satu bidang usahanya Lintas Persada Manunggal misalnya, yang awalnya bergerak di bidang kurir kini tumbuh menjadi pengembang perumahan di daerah Manyaran Semarang. Lintas Group juga lebih banyak berkonsentrasi di bidang industri telekomunikasi mulai dari perizinan, pembangunan menara telekomunikasi, hingga pengadaan ketenagalistrikan. Merdeka Lintas Bagawanta, kata dia, juga berhasil menggaet hampir semua konsumen perusahaan telekomunikasi yang ada.

Pria kelahiran Demak, 4 Desember 1971 tersebut menilai hampir 70 persen mereka yang memulai bisnis di Indonesia masih bermental seperti makelar yang tak berani ambil risiko dan bermain aman-aman saja. Padahal dengan mencoba berani memulai dan mengetahui rasanya gagal, berkeringat, dicemooh dan menangis karena jatuh bangun, maka akan terbentuk sebuah kekuatan dalam berbisnis. (Suara Merdeka)

Rudi Salim, Pengusaha Muda di Dunia Maya


Umur 23 punya bisnis beromzet lebih dari Rp 1,3 miliar sebulan. Itulah yang kini dilakoni Rudi Salim. Pria lulusan SMA tersebut menekuni bisnis yang penuh risiko. Yakni, membiayai kredit untuk transaksi online.

rudi_salimUsaha penghobi game online tersebut hanya mengandalkan website dan thread atau lapak di www.kaskus.us dengan tampilan sederhana berupa tawaran kredit kepada siapa saja yang bertransaksi jual beli via online. "Sangat efektif kan. Tapi, saya membangun semua ini dari nol dengan modal menjual mobil pemberian orangtua," jelas bos PT Excel Trade Indonesia.

Pria yang pernah mencicipi bangku kuliah di fakultas kedokteran sebuah perguruan tinggi Jakarta selama dua semester itu menjelaskan, usaha tersebut dimulai dengan kenekatan dirinya membiayai transaksi jual beli di dunia maya (online) tanpa berjumpa dan kenal orang sebelumnya. Saat bisnis tersebut dirintis, orang tuanya sempat menentang keras.

"Terutama ibu saya. Sebab, saya putus sekolah dan menjual mobil serta melego salah satu usaha karaoke milik keluarga. Bahkan, ibu sempat bilang tak mau bertemu saya sebelum saya sukses," kenang pria kelahiran Jakarta 24 April 1987 tersebut.

Uniknya, kata Rudi, inspirasi bisnisnya tersebut justru bukan dari dunia online. Tapi, dari perbincangan dirinya dengan temannya yang bekerja di salah satu toko elektronik besar berjaringan nasional yang menyediakan pembiayaan untuk pembelian barang elektronik dari customer. Dari perbincangan tersebut, dia melihat potensi yang masih sangat besar dari bisnis pembiayaan pembelian barang kredit, terutama di dunia online.

Tapi, bisnis Rudi tak langsung mulus dan lancar. Karena minimnya pengalaman, dia berkali-kali ditipu orang. "Awalnya, survei saya hanya melalui telepon berdasar aplikasi dan data yang dikirimkan melalui e-mail kepada calon debitor ke kantor dan rumah calon debitor," terang anak ketiga di antara tiga bersaudara itu.

Benar saja, permintaan pembiayaan kredit barang naik diikuti naiknya permintaan kredit bodong alias penipuan. Pada awal usahanya didirikan, sudah ada 60 aplikasi yang masuk dari nasabah di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Tapi, di antara aplikasi-aplikasi yang diajukan untuk dibiayai transaksinya kepada perusahaan Rudi, tak sedikit yang bermasalah. "Karena itu, saya selalu cek aplikasi kredit itu sendiri," ujarnya.

Awalnya, kenekatannya dalam berbisnis penuh risiko tersebut dimanfaatkan orang-orang tidak bertanggung jawab. Beberapa orang sengaja membuat identitas palsu untuk mengibuli Rudi. Bahkan dia sempat ditipu sindikat pemalsu kartu kredit dan menderita kerugian hingga Rp 15 juta.

Kala itu, ada seorang ibu yang mengajukan aplikasi online untuk membeli laptop dengan kredit senilai Rp 10 juta. Semua data cocok, termasuk saat pengecekan dengan menelepon kantor tempat debitor tersebut bekerja di salah satu BUMN. "Dia sempat membayar empat kali cicilan dan selalu tepat waktu," cerita dia.

Rudi pun percaya kepada "nasabah"-nya tersebut. Karena itu, ketika si ibu kembali mengambil kredit untuk barang yang sama, dia tidak berkeberatan untuk membiayai. "Tak saya sangka, ternyata sejak itu dia menghilang. Kredit laptop keduanya tak dibayar, juga cicilan laptop pertama. Saya kena tipu mentah-mentah," ujarnya.

Saat Rudi mendatangi kantor si "nasabah", orang yang namanya sama dengan nama si ibu tersebut ternyata tidak tahu apa-apa soal kredit laptop itu. "Tampaknya, orang yang saya temui itu namanya dicatut si penipu," imbuhnya.

Dari berbagai pengalaman menjengkelkan tersebut, Rudi kemudian banyak memperbaiki sistem pengucuran kredit perusahaannya. Dia lalu merekrut beberapa orang yang bertugas menyurvei langsung di lapangan. "Kini sebelum bisa menyetujui kredit nasabah, kami menyurvei secara ketat. Setelah barang ada, orang tersebut menandatangani perjanjian dan difoto bersama barangnya," jelasnya.

Sejak sistem baru diterapkan, Rudi jarang kena tipu lagi. Bahkan, banyak pelanggan yang merasa puas atas pelayanan yang aman dan nyaman yang diberikan perusahaan Rudi.

Dalam waktu cepat, nama perusahaan Rudi melejit, terutama di berbagai forum jual beli secara online. Tanpa harus mengeluarkan biaya promosi, publikasi atas perusahaan itu cepat menyebar di banyak forum diskusi di dunia maya maupun dari mulut ke mulut yang pernah merasakan kemudahan layanannya.

Begitu banyaknya permintaan klien dari luar kota membuat Rudi kembali memutar otak untuk meraup peluang tersebut. Dia kemudian menggandeng beberapa moderator daerah di www.kaskus.us untuk menjadi surveyor. Karena itu, Rudi lalu membuka cabang di delapan kota di luar Jabotabek. "Kecil kemungkinan para moderator bermasalah karena mereka juga menjaga reputasinya di dunia maya. Sebab, mereka juga berjualan di forum tersebut," tegasnya.

Kini, dia mengembangkan usahanya dengan mulai membiayai permintaan kredit dari para debitor di bawah usia 17 tahun dengan jaminan orang tuanya. Yang menarik, sekitar 85 persen permintaan pembiayaan kredit yang diajukan kepada dirinya, belakangan ini, adalah untuk pembelian BlackBerry dan handphone (HP). "Sekarang, saya bersiap untuk ekspansi ke bisnis lain," tuturnya mantap. (*/jpnn)

Sahadewa, Raup Rupiah dari Industri Kreatif


Bisnisnya tergolong unik dan kreatif, juga baru saja dijalani hampir tiga tahun. Namun, dalam tempo singkat, modalnya berkembang pesat hingga 50 kali lipat. Bahkan, dia pun meraih penghargaan sebagai wirausaha muda andalan.

atthur_sahadewa_widjajaItulah Atthur Sahadewa Widjaja, seorang wirausaha muda yang bergerak di industri kreatif. Di kisaran usia 30-an tahun, bisnis yang dirintis dan digelutinya sukses berkembang pesat.

Padahal, ini cuma berawal dari hobi main internet dan utak-atik software antivirus sejak awal kuliah teknik informatika dari Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta pada 2000. Kegemarannya terusik saat muncul virus hallo.roro merusak file-file sampai 10 megabite pada awal 2007. Saat itu, dia pun meneliti dan membuat antivirus untuk menyembuhkan serangan virus tersebut.

Kemudian, giliran virus Brontox menyerang. Lagi-lagi, dia meneliti, menemukan antivirusnya, sekaligus membuat tutorial untuk menghapusnya. Namun, daripada susah-susah mengikuti panduan, Atthur kemudian software antivirus gratisan yang dimuatnya di virologi.info.

"Saya juga membuat bukunya agar orang tidak penasaran," kata Atthur. Ketika buku diterbitkan, dia senang karena mendapatkan sambutan luar biasa. Buku berjudul "Seni Pemrograman Virus" itu sudah dicetak hingga 10 kali dimana setiap kali cetak 2000 eksemplar.

Sukses membuat buku antivirus, pria yang hobi main internet itu kemudian membuat dan menerbitkan buku lainnya. Di antaranya adalah "Empat Hari Jadi Hacker", buku kisah pengalamannya menjadi hacker ini dicetak 14 kali, setiap kali cetak sebanyak 2.500 eksemplar.

Buku lain ciptaannya yang juga best seller adalah "Monalisa Pun Tertawa" Ini adalah buku tentang teknik melakukan hacking atau meretas yang dibungkus dalam sebuah bingkai cerita. "Jadi ini kisah bagaimana memakai tools-tools di komputer dan internet untuk hacking yang dibumbui cerita."

Namun, dia mengingatkan meskipun cerita itu mengajarkan kisah tentang hacker, tetapi juga menekankan sisi-sisi positif. "Jadi, saya tidak mendorong orang untuk menjadi hacker loh. Itu kesannya jelek seperti pembobol ATM gitu."

Kendati sempat berpengalaman sebagai hacker, Atthur pun kini enggan disebut sebagai sebagai sosok peretas. Dia lebih senang disebut sebagai praktisi hacking, yang berarti orang yang bekerja di dunia peretasan komputer. Jadi, sebagai praktisi justru sebaliknya, bisa juga sebagai orang yang justru melindungi dari serangan hacker.

Sebagai praktisi hacking, dia mengingatkan soal data-data pemerintah yang mudah dibobol di internet. Misalnya saja soal pagu anggaran laporan keuangan pemerintah yang seharusnya tersembunyi. Data-data itu dengan mudah diunduh dari google. Padahal, data tersebut sangat riskan disalahgunakan.

"Kalau orang berniat buruk, bisa saja data-data itu disatukan menjadi laporan keuangan indonesia," kata pria jebolan teknik informatika dari Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta pada 2006 ini. "Itu kan bahaya kalau jatuh ke tangan orang asing yang berniat buruk pada Indonesia."

Begitupula dengan data-data perkiraan sebuah perusahaan. Dia menyebutkan contoh dua perusahaan otomotif. Dia mengatakan dari data-data di website mereka bisa diketahui forcasting data perusahaan itu. "Pesaing kan bisa saja menyewa pencuri data untuk ambil data itu, untuk menggempur saingannya."

Setelah hampir tiga tahun berjalan, bisnis yang berawal dari hobi main internet kemudian berkembang pesat. Dengan modal awal Rp 8 juta pada 2007, bisnisnya pun melejit. Sekarang total asetnya Rp 400 juta.

Usahanya mencakup software untuk melindungi server dari serangan hacker, pengembangan "sistem operasi bandit", jasa security internet, serta usaha pembuatan buku. Mitranya juga sudah banyak, seperti LIPI, Badan Informasi Strategis, lipi, Badan Rekonstruksi Aceh dan lainnya.

"Di perusahaan saya, sekarang ada 4 karyawan tetap dan 9 freelance," kata pria yang pernah DO dari di Politeknik Manufaktur ITB-Swiss karena salah ambil jurusan teknik mesin ini. Tahun ini, dia berniat membuka kantor sendiri di Jojakarta. "Saya juga sudah umroh, nikah, dan membeli mobil dengan duit hasil keringat sendiri."

Bahkan, dia juga memenangkan kompetisi wirausaha Mandiri. Dia terpilih untuk kategori wirausaha Mandiri kreatif yang membuat produk anti virus dan keamanan internet untuk memberi kontribusi bermanfaat bagi masyarakat. "Saya dapat hadiah Rp 20 juta." (*/VIVAnews)

Salman Azis, Pemilik Warnet Gue


Pernah menolak tawaran menjadi pegawai bank, Salman Azis Alsyafi justru keukeuh menjalani bisnis. Sarjana Komputer Universitas Indonesia ini membuktikan dirinya sukses berbisnis warnet.

warnet_gueMotivasi saya terjun dalam bisnis adalah karena ingin mengeksplorasi daya imajinasi dan kemampuan saya tanpa dibatasi oleh sistem yang sudah ada. Sebab, saya orang yang senang menciptakan hal-hal baru yang bermanfaat bagi banyak orang," ujar Salman Azis Alsyafdi, pemilik usaha dan waralaba Warnet Gue.

Warnet Gue yang berlokasi di kawasan BSD, Serpong, berbeda dengan warnet lainnya. Sebab, Salman melengkapi Warnet Gue dengan fasilitas servis dan penjualan komputer. Namun, fokusnya tetap pada game on line dan sangat digemari oleh anak-anak. Warnet Gue juga menyediakan layanan makanan dan minuman. Harapannya, para pelanggan betah berlama-lama berada di warnetnya. "Ini strategi untuk meningkatkan omset," ujar pria kelahiran Jakarta,11 Februari 1986 itu.

Salman mengatakan, rata-rata omset Warnet Gue antara Rp 10 sampai Rp 12 juta per warnet/bulan. Manajemen Warnet Gue sedang menyiapkan pembangunan Warnet Gue ke-14. Kebanyakan warnetnya berada di Jabodetabek. "Ke depan, saya ingin lebih mengembangkan usaha waralaba warnet dalam rangka ekspansi usaha dan penambahan cabang. Saya coba memadukan dengan usaha makanan dan minuman. Ini merupakan konsep baru," tambahnya. 

Peringkat 2 Lomba Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2007 kategori mahasiswa yang  diadakan Bank Mandiri itu mengaku senang melihat anak-anak muda saat ini yang semakin tertarik menjadi pengusaha. Tapi, kata Salman, masih banyak anak muda yang setengah hati mewujudkan cita-citanya itu.

Dari pengamatan Salman, terkadang anak-anak muda begitu semangat ingin membuka usaha setelah keluar dari seminar waralaba. Namun, setelah beberapa hari kemudian semangat itu kendur sebelum menjalani usahanya. Atau, mereka sudah mulai usaha, tapi kemudian berhenti, menyerah menghadapi tantangan bisnis. "Seharusnya mereka menyadari membangun bisnis tidak gampang.  Memulai sebuah usaha ibarat mendaki gunung yang tinggi perlu kerja keras, kerja cerdas dan semangat pantang menyerah. Setelah mengalami proses jatuh bangun (secara mental—Red), barulah kita akan sampai pada puncak gunung,"ujarnya.

Ide mengembangkan Warnet Gue, berawal saat Salman masih kuliah tahun kedua di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (UI). "Ketika itu, saya tinggal di asrama UI yang berisi sekitar 1.000 mahasiswa. Saya lihat, kok belum ada warnet di situ. Saya berpikir kenapa tidak bikin warnet saja. Toh, itu sesuai dengan background pendidikan saya. Makanya saya mengambil  peluang bisnis warnet itu," tambahnya.

Untuk membangun usaha warnet itu, dia bermitra dengan temannya, dengan komposisi modal 50:50. "Saat itu, modal yang dibutuhkan sekitar Rp 38 juta. Saya menyediakan modal Rp 19 juta. Rinciannya, sebesar Rp 11 juta berasal dari hasil dagang saya selama jualan komputer dan jual buku di kampus UI. Sisanya Rp 8 juta berasal dari orangtua," ungkap Salman.

Dia juga berhasil menyakinkan orangtuanya—yang menginginkan Salman menjadi pegawai— setelah berjanji akan hidup Mandiri. Permintaan modal itu merupakan permintaan uang terakhir kalinya kepada orangtua. "Janji kepada orangtua itu memicu semangat saya makin berkobar. Syukur, saya sekarang bisa membiayai hidup dari hasil perjuangan sendiri," katanya bangga.

Saat kuliah, lanjut Salman, hasil penjualan buku-buku fotokopian dan buku komputer di Kampus UI, Depok, cukup besar untuk ukuran kantong mahasiswa. Ide jualan buku muncul karena dia melihat pasar yang relatif besar. Seluruh mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer UI yang berjumlah 100 orang butuh buku teks. "Awalnya, mahasiswa fotocopy sendiri-sendiri. Tidak ada yang organisir. Jadi, saya pikir kenapa tidak dikoordinir saja. Kan bisa jadi bisnis, selain bisa memudahkan mahasiswa mendapatkan buku," tuturnya. Setelah berjalan sekian bulan dan Salman sudah fokus mengurusi warnet, akhirnya bisnis buku fotocopy diserahkan ke senat.

Saat ini, selain punya empat warnet milik sendiri, Salman juga memiliki sembilan Warnet Gue yang dikembangkan secara waralaba. Salman mengaku, tidak menyesal pernah menolak menjadi bankir karena sekarang penghasilannya dari bisnis lebih besar daripada pendapatan seorang bankir. "Tapi, pada waktu menolak sih, pendapatan bisnis saya masih kecil dibandingkan jadi bankir. Saya mikirnya kan jangka panjang. Lagi pula kalau jadi wirausaha, kita yang kontrol penuh bisnis  kita," tambah sarjana komputer tahun 2008. (*/Warta Kota)

Priyo, Bos ISP dari Semarang


internet_smgBersentuhan dengan dunia teknologi informasi (TI) selama bertahun-tahun membuat Priyo Suyono akhirnya berani menjalankan bisnis internet service provider (ISP) dan solusi TI yang baru berjalan sekitar empat bulan terakhir. Ketertarikannya dengan dunia internet dan TI yang begitu besar ini dimulai sejak mengelola sebuah warung internet di Pati, Jawa Tengah selama dua tahun.

Lalu Priyo juga pernah bekerja selama dua tahun sebagai supervisor TI di salah satu perusahaan garmen di Bawen. Yang terakhir sebelum memutuskan untuk membuka usaha sendiri, ia dipercaya menjadi manager operasional salah satu ISP di Semarang selama 3,5 tahun.

Dari sinilah, inspirasi dan keinginan untuk berbisnis bagi pria kelahiran Malang, 1 Agustus 1980 ini pun semakin besar. Akhirnya bersama rekannya, Priyo membuka ISP PT Media Sarana Data dengan merek Gmedia yang berkantor di Jalan Kasipah No 29G, Semarang.

Priyo sangat suka tantangan dan proses kreatif serta inovasi memang mutlak dibutuhkan dalam bisnis yang digelutinya tersebut. Bagi Priyo yang kini menjabat sebagai direktur operasional, prospek bisnis ISP sangat menjanjikan ke depannya karena internet sudah menjadi salah satu media komunikasi yang penting untuk masyarakat sehingga permintaan terhadap layanan internet kecenderungannya meningkat.

”Segala hambatan ini malah menjadi inspirasi untuk selalu kreatif yang pada akhirnya secara tidak langsung mengedukasi pelanggan bahwa kualitas produk akan selalu berbanding lurus dengan harga. Saya selalu menanamkan mindset ke perusahaan maupun ke pelanggan bahwa bisnis ini bukan jualan internet karena kalau begitu di luar sudah banyak sehingga ditekankan yang kita jual adalah layanannya,” jelas Priyo.

Bisnis ini, lanjut dia, juga sangat tergantung terhadap kualitas layanan dan harga. Kecenderungan pasar yang sangat sensitif terhadap harga ini masih bisa diatasi dengan meningkatkan kualitas layanan, menciptakan nilai produk dan melakukan kustomisasi produk. (*/SM)

Zaki, Sukses Berkat Dunia Maya


Mapan di usia muda menjadi idaman banyak orang. Namun tidak banyak yang bisa mewujudkannya. Berbeda dengan Muhammad Zaky, warga Kelurahan Bintoro Kecamatan Demak. Meski usianya baru 26 tahun, ia mampu menjadi wirausaha yang bersinar.

plaza_officeKini pria berkacamata minus itu menekuni tiga bidang usaha yang semuanya tidak saling terkait. Sebut saja, Plaza Office, Fren’s Juice Franchise (jus buah) dan Fateeha Moslem’s Gallery (baju muslim).

Untuk memajukan usahanya ia merambah pemasaran di dunia maya dengan membuka website , seperti www.frensjuice.com, www.plaza-office.com, www.fateeha.com, dan www.labelbaju.com.

Plaza Office jadi perusahaan kebanggaannya. Maklum, perusahaan yang menyediakan jasa kantor virtual pertama di Jawa Tengah. Selain itu, Plaza Office juga menawarkan asistensi virtual bagi para pelanggannya. Tak hanya itu saja, Zaky juga menawarkan pendampingan pemasaran online dalam membantu kliennya untuk mengembangkan bisnisnya.

Zaky mengatakan, apa yang digelutinya sekarang ini tidak terlepas dari perkembangan dunia bisnis. Selain itu, membangun tim dan sistem bisnis yang bagus, serta memaanfaatkan teknologi yang ada, seperti internet dan sosial media. Ia berharap ke depan bisnisnya terus berkembang.

Zaky mengungkapkan, perkenalan dunia bisnis itu dimulai sejak ia masih duduk di bangku kuliah, tepatnya semester lima di Unisbank. Ia memulainya dengan berjualan buku tiap kali ada event di kampusnya. Tak hanya buku, ia juga membuat desain grafis hingga menjajakan jus buah.

Terlahir dari kalangan keluarga berada, tak membuat sarjana sistem informasi itu berpangku tangan. Berharap bisa bermanfaat bagi orang lain, ia membuka banyak lapangan pekerjaan. Selepas kuliah, bapak satu anak ini memutuskan untuk berwirausaha. Berbekal pengalaman  semasa kuliah itulah ia merintis usaha dari nol.

Suami Rizki Warastuti (26) ini mengaku memulai usaha dari apa yang ia punya. ”Misal buka usaha jus, saya ada tempat bagus di depan rumah. Lalu saya mengajak teman-teman untuk bergabung membantu modal dan operasional. Alhamdulillah dapat sambutan bagus dari teman-teman,” ujarnya, kemarin.

Untuk bisa eksis hingga kini, menurut Zaky bukan perkara mudah. Teman-teman yang ikut berjuang, lanjutnya, ada yang memilih berhenti lantaran mereka ada yang diterima sebagai PNS atau bekerja di perusahaan.

Meski demikian, ia tidak patah semangat. Fokus pada apa yang bisa dilakukan dan dimiliki. Intinya jangan menyalahkan keadaan atau orang lain.  Dia sadar betul untuk berkembang tidaklah bisa bertumpu pada diri sendiri. Berbagai komunitas  diikuti, agar bisa saling berbagi. (*/SM)

Budiono Darsono, Sang Pendiri Detik.com


Hampir semua orang Indonesia yang melek internet kenal dengan Detik.com. Detik.com merupakan portal berita pertama di Indonesia yang didirikan oleh Budiono Darsono dan rekan-rekannya, Yayan Sopyan, Abdul Rahman, serta Didi Nugrahadi.

budiono-dIde untuk mendirikan Detik.com tercetus ketika terjadi krisis politik di tahun 1998. Kala itu, kantor tabloid Detik, tempat dia bekerja, diberangus bersama-sama majalah Tempo dan Editor. Justru pada saat kehilangan pekerjaan dan terjepit, ide kreatif Budiono muncul. Dengan bermodalkan semangat, tape recorder, dan HT (handy talky), Budiono meliput peristiwa-peristiwa seputar unjuk rasa mahasiswa dan pergolakan politik yang memang sedang marak saat itu. Liputan pertama Detik.com adalah tragedi Semanggi 1998.

Pemilihan nama Detik.com terinspirasi karena Budiono memimpikan setiap detik selalu ada berita baru yang harus dipublikasikan. “Mengapa menunggu besok? Detik ini juga," begitulah slogan yang terpampang di blog resmi Budiono.

Masa-masa awal perjalanan Detik.com banyak menyita waktu dan tenaga Budiono. Setiap waktu harus mencari informasi, wawancara, menulis, dan posting. Sampai-sampai istri dan keluarga terlupakan. Kerja keras dan pengorbanan Budiono berbuah manis, Detik.com tetap eksis hingga saat ini, tidak seperti situs-situs berita lain seperti Satunet, Astaga, Koridor, Mandiri, yang tidak mampu bertahan. Bahkan sekarang Detik.com menjadi situs berita terbesar di Tanah Air. (*/dari berbagai sumber)

Raup Dolar dari Jasa Desain Web


Bagi Anggi Krisna, menghadiri meeting bisnis tak perlu harus tampil rapi dan klimis. Bahkan, pemilik iCreativeLabs dan tokokoo.com asal Bandung ini merasa tak perlu mandi dulu. Cukup bercelana pendek dan duduk di depan komputer, deal bisnis tetap bisa dilakukan. Bila proyek selesai, dolar pun mengalir ke rekeningnya. “Beberapa kali dalam seminggu, saya sih masih suka menyempatkan datang ke kafe-kafe di Bandung, bertemu dengan teman-teman dari beragam profesi, bekerja sambil ngobrol, dan kerap menelurkan ide kreatif bersama,” ujar Anggi.

blo-webSaat ini, Anggi telah dikenal sebagai salah satu desainer web Indonesia yang mampu meraup ribuan dolar dari keahliannya. Padahal, ini semua bermula dari hobi. Maklumlah, Anggi bukan lulusan bidang teknologi informasi (TI), melainkan sarjana peternakan yang kebetulan merasa punya passion besar di bidang ini.

Ketertarikan Anggi pada dunia desain web dimulai saat ia masih duduk sebagai mahasiswa tahun ke dua di Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Awalnya, ia belajar merancang halaman web dari adik kelasnya. Setelah itu, ia mengembangkan keahliannya secara otodidak.

Setelah lulus kuliah, Anggi memutuskan bekerja di bidang TI. Tak terlalu lama menganggur, pria kelahiran Tegal, 24 Desember 1980 ini diterima sebagai layouter di Majalah Imaging Plus. Namun, hanya bertahan sebulan, ia pun pindah ke perusahaan software XSYS, dan diserahi tugas menjadi desainer web dan programmer flash dan animasi. Pindah dari XSYS, ia pun loncat sebagai perancang web di Indo.com.

Namun, naluri entrepreneur-nya yang kuat mendorong Anggi memilih jalur Mandiri. Ia pun mulai menawarkan keahliannya di bidang desain web lewat dunia maya. Tak berselang lama, ia mendapat tawaran membuat personal website untuk seorang pecinta golf di Inggris. Bagaimana ia bisa mendapat klien dari luar negeri? “Melalui freelance agent di luar negeri,” katanya buka rahasia. Memang, ada beberapa web freelance agent, yang mempertemukan peminat (buyer) dengan para desainer web. Yang diikutinya, Elance, Freelance.com dan RentACoder.

Proyek pertamanya diperoleh tahun 2007, senilai US$ 140. Bulan pertama ia mendapat tiga proyek, dengan total nilai US$ 600. Pada bulan ke dua ia mendapatkan nilai total proyek US$ 1.200. Pendapatannya selalu naik setiap bulan. Rata-rata ia bisa mendapatkan sekitar 10 proyek dalam sebulan. Jika dihitung, dari rata-rata proyeknya yang bernilai US$ 1.000, dalam sebulan ia mengantongi US$ 10 ribu.

Anggi pun mendirikan iCreativeLabs sebagai payung bisnisnya. Sejalan dengan tawaran proyek yang terus mengalir, ia memutuskan mencari mitra. Setyagus Sucipto (Agus), programmer yang dikenalnya di dunia online, dipilihnya. Tiga bulan berikutnya, Anggi merekrut dua tenaga baru, yaitu desainer web dan programmer. Ia pun mulai menyewa rumah – berbagi dengan temannya yang juga punya bisnis online – sebagai kantor. Strategi bisnis pun diubah. Sekarang mereka lebih banyak mengerjakan proyek besar (kendati proyek kecil dari klien lama masih diterima). “Tiga tahun ini duit sudah ada, bisa bayar orang, tapi kok capek dikejar klien. Jadi kayak pabrikan,” Anggi mengeluhkan.

Untuk itu, pada Februari 2009 ia bersama teman-temannya di Jakarta, mengembangkan situs GantiBaju.com, situs online clothing yang memberikan kesempatan kepada para desainer untuk menampilkan desain baju (khususnya kaus) yang terbaik. Situs ini diluncurkan pada Februari 2009.

Tak cukup di situ, Anggi pada Juni 2010 meluncurkan Tokokoo resmi diluncurkan. Usaha ini merupakan provider theme untuk WordPress eCommerce. Dari usaha ini, bulan pertama saja ia berhasil menggaet US$ 400, dan meningkat terus sampai US$ 3.000 sebulan. Tokokoo menjual 60–80 themes per bulan. Hampir semua pembeli template-nya berasal dari luar negeri. “Dari 80 yang terjual, paling hanya dua yang dibeli pembeli lokal,” katanya.

Setelah dua bulan berjalan, ada investor dari luar negeri yang tertarik membeli Tokokoo. Namun, ia memutuskan tidak menjualnya. “Karena kalau dijual, dalam agreement yang disodorkan, kami tidak boleh lagi bikin situs atau jualan yang sama seperti ini,” ujarnya. “Tokokoo awalnya memang template,” tuturnya, “tapi ke depan akan ada juga ikon, karakter, dan desain yang melengkapi kebutuhan dunia e-commerce.”

Suami Erika Mirna dan ayah Azmi Fatima ini berharap Indonesia akan bisa mengalahkan India, yang kini jadi pilihan utama untuk outsourcing pekerjaan-pekerjaan di bidang TI. Untuk bisnis, ia ingin bisa masuk 10 besar dunia. (*/swa)

Trik Mengubah Ide Bisnis Jadi Nyata


Untuk mencapai kesuksesan, Anda perlu memulainya dengan menetapkan sebuah ide. Bisnis yang sukses dan menguntungkan biasanya adalah bisnis yang dibangun atas ide-ide yang matang. Namun, ide tidak akan berhasil apabila tak diwujudkan. Bagaimana cara mewujudkan ide bisnis agar terlaksana? Berikut adalah beberapa langkah untuk mengubah ide bisnis Anda menjadi sebuah keuntungan yang nyata.

1. Buatlah daftar alasan tentang mengapa Anda ingin menjalankan bisnis ini. Lihat dengan seksama. Apakah tujuan-tujuan itu dapat direalisasikan melalui bisnis? Jika Anda kurang yakin, bacalah buku-buku untuk membantu Anda memotivasi diri sendiri.

2. Buatlah daftar kegiatan yang bisa Anda kerjakan. Kesuksesan akan sulit dicapai jika Anda tidak serius. Cari tahu minat dan hobi atau bidang yang Anda kuasai. Pahami kelebihan dan keterbatasan Anda. Daftar ini akan membuat bisnis Anda jadi lebih mudah dijalankan. Lihat lagi daftar keahlian yang Anda buat. Tentukan ide mana yang ingin Anda kembangkan menjadi sebuah bisnis.

3. Fokuslah untuk melihat peluang. Temukanlah peluang pasar yang dapat Anda masuki. Lakukan riset kecil-kecilan, dan amati bagaimana kira-kira caranya agar bisnis Anda dapat bekerja pada peluang tersebut.

4. Bertukar pendapat dengan teman atau keluarga yang memiliki atau bekerja di bisnis yang serupa. Tanyakan pendapat mereka seputar hal apa yang perlu ditingkatkan. Mintalah saran dan terimalah saran mereka secara terbuka. Tanyakan juga kenapa hal tersebut masih kurang baik dan bagaimana cara memperbaikinya. Cara lain, Anda bisa juga berdiskusi dengan pengusaha yang sudah mengecap kesuksesan lebih dulu. Berbicara dengan pengusaha lain adalah cara yang baik. Ini akan membuat mereka tidak memusuhi Anda atau menganggap Anda saingan mereka. Selebihnya, justru Anda akan mendapatkan masukan berharga dari mereka. Mereka mungkin punya pandangan baru yang tidak Anda pikirkan sebelumnya.

5. Bergabunglah dalam forum diskusi. Ini adalah cara yang tepat untuk mendekati calon pelanggan. Anda dapat melihat tren pasar, respon calon konsumen, serta mungkin menemukan peluang hubungan kerja dengan orang-orang lain yang pikirannya sejalan denga ide Anda.

6. Evaluasilah permintaan produk barang atau jasa Anda. Anda harus memahami langkah dan arah industri Anda. Lihat seberapa besar khalayak menginginkan produk Anda. Pengetahuan akan hal ini dapat memberikan ide-ide baru sehingga akan membuat bisnis Anda senantiasa hadir dengan inovasi dan perencanaan yang semakin efisien.

7. Lakukanlah riset bisnis di sekitar Anda untuk melihat peluang dan kompetisi. Bisa jadi Anda akan mampu merebut pasar saingan bisnis Anda. Riset peluang dan kompetisi ini bermanfaat untuk mengetahui cara meningkatkan nilai tambah bisnis Anda.

8. Kunjungilah pesaing Anda secara online. Untuk mempercepat riset, Anda dapat menggunakan sarana mesin pencari di internet. Ketiklah nama jenis usaha Anda di browser, dan mesin pencari akan menampilkan usaha-usaha yang sejenis dengan bisnis Anda.

9. Jawablah beberapa pertanyaan berikut untuk memantau bisnis Anda.
• Ketrampilan dan pengalaman apa yang Anda terapkan dalam menggerakkan bisnis?
• Apa saja kebutuhan dan pengeluaran Anda?
• Butuh berapa lama untuk menghasilkan profit?
• Dasar hukum apa saja yang harus Anda penuhi?
• Jika Anda membutuhkan bantuan finansial, dari mana Anda akan mendapatkannya?
• Apakah Anda membutuhkan asuransi untuk bisnis Anda?
• Struktur legal seperti apa yang akan ada jalankan untuk bisnis Anda?

10. Melalui informasi yang terkumpul dari jawaban atas pertanyaan di atas, sekarang Anda mempunyai alat untuk membuat rencana bisnis dan marketing yang lebih matang. (*/smallbusinessbrief)

10 KEMAMPUAN UNTUK SUKSES MENJALANKAN BISNIS DENGAN INTEGRITAS


Strategi bukan hanya perkara menjadi yang baik pada apa yang Anda lakukan-Strategi adalah perkara menjadi berbeda dalam hal apa pun yang Anda lakukan.
~Michael Porter
Professor di Harvard Business School
Hampir sebagian besar orang lebih senang menjadi pewirausaha. Menjadi wirausahawan atau pebisnis dianggap cara yang paling tepat dan cepat untuk mencapai kebebasan waktu dan keuangan. Realitasnya memang sumber penghasilan orang-orang terkaya di dunia 74 persen berasal dari berbisnis.
Tetapi berdasarkan statistik, kurang dari 20 persen pebisnis berhasil melewati tahun ke-5. Sebuah pepatah bijak mengatakan, “Bukan soal menang atau kalah, melainkan bagaimana Anda memainkan bisnisnya.” Artinya memang tak mudah menjalankan sebuah bisnis, karena tak hanya butuh modal keuangan maupun mental, melainkan kemampuan agar dapat menjalankan bisnis dengan baik hingga mencapai sukses dan berintegritas. Berikut ini beberapa kemampuan yang harus dimiliki untuk menjalankannya.
Kemampuan pertama yang harus dimiliki untuk menjalankan sebuah bisnis adalah bertanggung jawab untuk menyajikan produk atau jasa yang berkualitas dan memberi manfaat yang optimal terhadap konsumen. Hal itu akan melahirkan situasi di mana pebisnis dan konsumen sama-sama mendapatkan apa yang diinginkan dan saling diuntungkan. Sehingga untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dan bisnis bertahan hingga berjangka panjang, maka seorang pebisnis juga harus bertanggung jawab untuk menyajikan produk dan pelayanan yang lebih baik pula.Seperti Michael Porter pernah berkata,”Strategi menuntut pilihan. Anda harus memutuskan nilai apa yang hendak Anda sajikan, dan kepada siapa nilai itu hendak Anda sajikan. Anda tidak dapat menyajikan segala nilai kepada semua orang.”
Kemampuan yang kedua adalah kemampuan membaca peluang maupun risiko yang terhitung maupun tidak. Kemampuan membaca peluang merupakan kelebihan alamiah yang dimiliki oleh seorang pebisnis sejati. Kemampuan tersebut tentu saja tidak dimiliki oleh seorang profesor sekalipun yang hanya menguasai ilmu ekonomi secara teori.
Kemampuan ketiga adalah kemampuan bersikap jujur dan menjadi diri sendiri, karena setiap pebisnis merupakan pesan dari bisnis yang ia jalankan. Kejujuran menjadikan konsumen maupun investor yang menjadi bagian penting dari bisnis merasa aman dan nyaman serta menikmati aktivitas bisnis dengan pebisnis tersebut. Hal itu akan menumbuhkan kesetiaan, kepercayaan, dan hubungan yang erat dengan mereka. Dengan kata lain, reputasi kejujuran yang dimiliki oleh seorang pebisnis dalam menyajikan produk maupun jasa merupakan faktor penentu apakah nantinya ia akan berhasil mengembangkan bisnisnya atau tidak.
Selanjutnya, seorang pebisnis yang berhasil pasti mempunyai keberanian mengambil keputusan atau tindakan-tindakan bisnis walaupun hanya mendapatkan beberapa informasi dan bukan gambaran secara terperinci. Memang setiap keputusan atau tindakan-tindakan bisnis selalu mengandung resiko, misalnya inovasi produk atau jasa yang diluncurkan diterima atau ditolak oleh pasar. Jika bisnis cukup menguntungkan, tentu mengandung resiko yang lebih besar pula. No pain, no gain. Sebuah bisnis hanya akan berjalan di tempat atau bahkan hancur tanpa keberanian mengambil keputusan. Kemampuan lain yang harus dimiliki adalah menjadikan bisnis yang ditekuni sebagai sesuatu yang menyenangkan. Kehidupan kita sudah penuh dengan berbagai hal yang serius. Sehingga manusia cenderung lebih terkesan pada segala sesuatu yang bersifat menyenangkan dan menarik.
Berikut contoh-contoh hal menyenangkan yang dapat diaplikasikan kedalam bisnis; memberikan potongan harga atau ekstra produk khusus jika berhasil mengumpulkan poin tertentu. Contoh lainnya adalah berupa kejutan yang menarik dalam periode waktu tertentu. Mengirimkan surat tanda terima kasih atau ucapan selamat juga merupakan hal yang menyenangkan sekaligus menghargai orang lain. Konsumen yang menerima kejutan pasti merasa senang. Itu merupakan ciri khas yang unik. Jika seorang pebisnis mampu melakukannya, dapat dipastikan bisnisnya akan berkembang pesat. Karena apa yang kita berikan itulah nantinya yang akan kita terima.
Seorang pebisnis juga harus mempunyai kemampuan memanajemen, setidaknya kemampuan manajemen dasar. Berbisnis harus dilandasi oleh manajemen bisnis dan keuangan yang baik. Jika manajemen yang ia terapkan cukup baik, tertib dan disiplin, maka segala sesuatu ataupun sistem yang berkaitan dengan konsumen, kolega, maupun rekanan akan berjalan dengan baik pula. Sehingga, semua elemen yang terkait merasa puas dan senang berbisnis dengannya.
Selain memiliki kemampuan manajemen bisnis dan keuangan, seorang pebisnis haruslah mempunyai kemampuan memanajemen waktu, khususnya di awal bisnis dijalankan yang akan menguras banyak waktu. Selain fokus kepada pekerjaan, seorang pebisnis jangan lalai memberikan waktu dan perhatian terhadap keluarga. Kurangnya perhatian terhadap keluarga dapat memicu konflik dan berikutnya mempengaruhi kondisi emosional dan kebijakan bisnis yang diambil.
Untuk menjadi seorang pebisnis yang berhasil harus mempunyai kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dan informasi tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan bisnisnya. Ilmu pengetahuan dan informasi memungkinkan seorang pebisnis mampu melakukan dan menikmati kreativitas, contohnya: menciptakan inovasi produk baru, atau melakukan langkah-langkah guna mengantisipasi tantangan, tehnik produksi yang bertujuan untuk meningkatkan omzet. Ilmu pengetahuan dan informasi pada akhirnya sangat membantu pebisnis untuk membaca peluang yang menguntungkan, mengantisipasi kegagalan dan menciptakan daya tarik khusus dan unik bagi bisnisnya.
Seorang pebisnis juga harus mampu menyampaikan pesan tentang keunggulan produk melalui iklan atau promosi. Iklan atau promosi tentang produk maupun jasa yang baik setidaknya haruslah jelas, mudah dimengerti dan mengandung unsur humor. Bila perlu seorang pebisnis menyediakan kontak pelayanan, sehingga setiap orang yang terlibat dengan bisnisnya dapat berkomunikasi dengan jelas. Langkah tersebut sangat memudahkan usaha pebisnis memancing banyak orang untuk menggunakan jasa atau produk yang dipasarkan.
Jika pebisnis tersebut termasuk seorang pengusaha yang mempunyai karyawan cukup banyak, maka ia harus mampu menjadi pemimpin sebuah tim. Artinya, ia harus mampu menciptakan budaya yang baik di lingkungan pekerjanya sehingga produk dan layanan yang dihasilkan berkualitas spesial. Contoh budaya positif diantaranya adalah tersenyum saat melayani, produk berkualitas, garansi, dan lain sebagainya.
Semua kemampuan tersebut tentu tidak serta merta dimiliki oleh seorang pebisnis. Mungkin ada orang yang mempunyai bakat alamiah dan memiliki beberapa di antara beberapa kemampuan di atas. Tetapi tak menutup kemungkinan setiap orang diantara kita menguasai seluruh kemampuan tersebut, memiliki bisnis yang berintegritas dan mencapai puncak kejayaan jika kita mencoba menerapkannya sedikit demi sedikit. Selamat berbisnis.

Thursday 24 February 2011

The experts say...


  • Be proactive. Monitor what's being said about your business
  • Collect customer testimonials.
  • Don't fake reviews. Someone will find out
  • Respond to negative reviews quickly. But be kind
  • Buy every url that implicates your name
  • Twitter, Facebook, Linkedin profiles are all indexed high by the search engines
Source: Michael Fertik, Herb Tabin and Craig Agranoff

Ingin Ubah Dunia, Ubahlah Diri Sendiri


KOMPAS.com — Jika menyebut nama besar Martha Tilaar, sosok yang akan Anda temukan pertama kalinya adalah pengusaha perempuan yang ramah, istri dan ibu empat anak yang penuh kasih, dengan penampilan yang masih segar di usia 74 tahun. Selanjutnya, Anda akan melihat sosok perempuan "djitu" yang sukses dengan berbagai pencapaian dan kontribusi yang diakui di skala nasional maupun internasional. Takkan cukup waktu membedah deretan prestasi yang diraihnya, baik sebagai pribadi maupun korporasi. Martha, bersama keluarga, terbukti mumpuni dengan fokus menjalani bisnis kecantikan Martha Tilaar Group sejak 41 tahun silam.

Bisnis keluarga yang konsisten bergerak di bidang kecantikan dan perawatan tubuh ini dibangun dengan mimpi sederhana. "Saya pulang dari Amerika, dengan gelar beautician, ingin mempercantik perempuan Indonesia dan dunia. Almarhum ayah saya bilang, have a big dream and start small. Jika ingin mengubah dunia, ubahlah diri sendiri lebih dahulu. Jangan mengeluh dan jangan menyalahkan orangtua karena tak punya banyak uang. Saya punya mimpi besar namun tak punya cukup uang. Namun, saya berpikir bagaimana caranya mengubah diri sendiri untuk mewujudkan mimpi," tutur Dr Martha Tilaar saat bincang-bincang bersama Kompas.com di kantor dan pabrik miliknya di Pulo Gadung, Jakarta, Kamis (17/2/2011) lalu.

Manusia "djitu"
Cara mengubah diri adalah dengan menjadi manusia "djitu", kata perempuan yang memiliki latar belakang profesi sebagai guru ini. Prinsip "djitu" inilah yang menjadi fondasi Martha Tilaar dalam mewujudkan mimpinya mengelola bisnis kecantikan. Sepulang merantau mengambil kuliah kecantikan di Academy of Beauty Culture, Bloomington, Indiana, dan bekerja di Campes Beauty Salon, Indiana University, Amerika, pada 1970, Martha Tilaar memantapkan hati merintis bisnis dari salon kecil yang diberi nama Martha Salon.

"Djitu", jelasnya, adalah disiplin, jujur, iman atau saat ini lebih relevan diartikan sebagai inovasi, tekun, dan ulet. "Disiplin dengan selalu menepati waktu, jujur, inovatif proaktif dengan mengejar pola dan jangan menunggu pola, tekun dengan selalu bersikap fokus, ulet dengan bekerja keras serta berkomitmen dan gigih untuk terus menggali lagi pekerjaan yang belum selesai," ujar perempuan kelahiran Kebumen, 4 September 1937 ini.

Terbukti, dengan mengaplikasikan "djitu", Martha Tilaar berhasil mengembangkan perusahaan kosmetika dan perawatan tubuh ternama yang dirintisnya dari garasi rumah. "Setelah memulai salon kecil di rumah, teman bapak saya menitipkan rumah yang kemudian saya jadikan salon kedua yang jauh lebih besar dari yang ada di garasi rumah. Dalam setahun, saya bisa membeli sebuah rumah lagi untuk mengembangkan Martha Salon. Ini semua akibat dari menjadi manusia 'djitu' dan trust," lanjut istri Prof Dr Henry Alexis Rudolf Tilaar itu.

Martha Salon yang awalnya hanya berukuran 4 x 6 meter, semakin berkembang dengan banyak cabang. Salon milik Martha menjangkau pasar lebih besar berkat promosi dari mulut ke mulut, juga dengan brosur yang dititipkan melalui loper koran. Sejalan dengan itu, sekolah kecantikan Puspita Martha tak kalah pesat perkembangannya.
"Juga karena trust, saya mendapatkan pinjaman uang untuk memperbesar sekolah kecantikan," tutur Martha yang menikmati suntikan dana senilai Rp 172 juta di era 80-an untuk membangun Puspita Martha. Sejak awal merintis bisnis, Martha Tilaar terbukti konsisten dengan misinya, bahwa kecantikan perempuan tak semata fisik saja, namun juga menambah wawasan dan keterampilan melalui pendidikan.

Siapa menyangka, mimpi besar Martha Tilaar membangun bisnis kecantikan terwujud dari dana yang serba minim. Untuk menyiasati minimnya kondisi keuangan pada awal pendirian usaha, Martha bersinergi bersama keluarga. "Ayah saya bilang, saya punya mimpi besar namun tidak punya uang. Akhirnya, keluarga bergotong royong membangun mimpi ini," tuturnya.
Seluruh anggota keluarga kemudian membagi porsi modal. "Adik saya 30 persen, adik saya yang satunya 10 persen, saya dan ayah masing-masing 30 persen," lanjutnya.

Riset pasar
Setelah kendala modal terselesaikan, muncul lagi tantangan berikutnya. Bagaimana menggunakan modal seadanya ini agar tepat guna. "Saya membaca pesaing, yakni salon yang sudah ada saat itu. Uang saya sedikit, jadi harus bisa menggunakannya dengan baik agar tak terpakai untuk hal yang aneh-aneh," tuturnya sederhana. Kunci sukses Martha dalam memulai bisnisnya adalah mencipta konsep bisnis yang unik dan berbeda. "Yang berbeda itu yang laku," kata lulusan Jurusan Sejarah Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta tahun 1963 ini.

Alhasil, dengan dana terbatas namun dikuatkan oleh riset, Martha Salon berdiri di Jalan Dr Kusumaatmaja Jakarta. "Yang saya lakukan adalah membeli hot and cold water, air conditioner dan generator. Meski salon hanya berukuran 4 x 6 meter di garasi rumah, tetapi saya memiliki konsep yang berbeda. Furnitur saat itu menggunakan bambu, karena saya tidak punya cukup uang," kisah Martha.
Meski berukuran mini, Martha Salon hadir berbeda di zamannya. Di era 70-an hanya salon berkelas di Hotel Indonesia yang dilengkapi perlengkapan mewah seperti pendingin ruangan. Bahkan, sejumlah salon ternama di zaman itu tak punya fasilitas yang bikin suasana nyaman. Tak heran jika semakin banyak pelanggan yang kebanyakan adalah para ibu duta besar yang betah berlama-lama di Salon Martha.

Melestarikan kearifan lokal
"Local Wisdom Go Global" menjadi misi Martha Tilaar Group yang terilhami dari petuah leluhur. "Eyang adalah mahaguru bagi saya. Beliau bilang jika ingin berusaha dan menggunakan tanaman, maka harus menanam kembali. Jika ingin sukses bisnis maka harus berbagi. "Tri Hita Karana", juga harus diterapkan. Bahwa hubungan harus harmonis antara manusia dengan pencipta, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan," tutur Martha, menambahkan sejak awal berdirinya perusahaan, kearifan lokal konsisten dijalankan.

Produk kosmetika maupun perawatan tubuh dan spa yang dihasilkan dari pabrik Martha Tilaar Group punya pertanggungjawaban terhadap konsumen. "Riset dan pengembangan produk selalu memerhatikan lingkungan. Gerakan menaman kembali dijalankan melalui Kampoeng Djamoe, yang juga menjadi wadah melatih petani secara gratis, dan pusat tanaman organik," katanya.

Empat pilar Martha Tilaar Group, Beauty Education, Beauty Culture, Beauty Green, Empowering Women adalah juga penerjemahan dari konsep berbagi dan keseimbangan yang melandasi bisnis kecantikan ini. "Sejak awal saya ingin melestarikan budaya, kekayaan alam, untuk mempercantik perempuan Indonesia lahir dan batin," kata Martha yang menilai pelestarian kearifan lokal sebagai kunci keberhasilan bisnis kecantikan miliknya.

Meski mengaku masih mengimpor bahan baku kosmetik dekoratif, Martha juga mengandalkan riset dan pengembangan produk dari bahan baku lokal. Produk skin care, body care spa, hair care berasal dari bahan baku lokal, katanya. Seperti ekstrak beras untuk menciptakan produk perawatan rambut, atau buah langsat untuk produk pemutihan kulit.
Belajar dari "dukun" juga dilakoni Martha untuk melestarikan produk lokal. "Saya melakukan riset dengan mendatangi dukun untuk menyalin resep tradisional yang mereka gunakan, seperti jamu yang bisa diberikan kepada perempuan usai persalinan. Orang menganggap saya mistik, namun saya lebih melihatnya sebagai riset untuk menggali kekayaan budaya bangsa. Suami saya mendukung penuh riset yang saya lakukan. Katanya, jika satu dukun meninggal, satu perpustakaan terbakar," tutur Martha yang bersuamikan profesor pendidikan.

Mengandalkan kekuatan riset dan 37 peneliti di Martha Tilaar's Innovation Center (MTIC), Martha sukses memproduksi merek kosmetika, perawatan tubuh, spa, dan jamu yang dikenal hingga mancanegara. Sebut saja Sariayu, Caring, Belia, Rudy Hadisuwarno Cosmetics, Biokos, Professional Artist Cosmetics (PAC), Aromatic, Jamu Garden, dan Dewi Sri Spa. Sebagai korporasi, Martha Tilaar Group juga berhasil meraih ISO 9001, ISO 14000, dan Sertifikasi GMP di Asia pada 1996.

Prinsip berbagi yang melandasi bisnis kecantikan Martha Tilaar diwujudkan dalam bentuk pemberdayaan, terutama bagi perempuan. Maklum, 70 persen dari 5.000 karyawan Martha Tilaar Group adalah perempuan. Tak sedikit di antara kaum hawa ini yang mendapatkan kesempatan belajar dan sekolah cuma-cuma untuk mengembangkan dirinya. Mulai pekerja di ranah rumah tangganya hingga ahli seperti peneliti di perusahaannya. Martha tak sungkan mengirim peneliti belajar etnobotany ke Perancis dan medical antropology di Leiden, Belanda. "Pendekatan sains dibutuhkan untuk mengembangkan produk lokal," katanya.

Fokus
Satu lagi kunci sukses bisnis Martha Tilaar, fokus pada satu bidang, yakni kecantikan. "Saya mulai bisnis dari salon, lalu sekolah, pabrik, distribusi yang semuanya bergerak di bidang kecantikan," ujar ibu dari Bryan David Emil Tilaar, Pingkan Engelien Tilaar, Wulan Maharani Tilaar, dan Kilala Esra Tilaar.

Konsistensi yang terjaga sejak awal bermimpi mempercantik perempuan Indonesia nyatanya membawa segudang pencapaian bagi Martha, sebagai individu maupun korporasi. Januari 2011 lalu, Martha Tilaar Group terpilih sebagai salah satu perusahaan role model untuk menjalankan platform Global Compact Lead inisasi Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon. Sebelumnya, 20 Mei 2010, Kementerian Hukum dan HAM menobatkan Dr Martha Tilaar sebagai duta pendidikan dan pelatihan ham. Konsistensinya dalam bisnis kecantikan juga memberikan Martha sejumlah penghargaan entrepreneurship.
Berbagai inovasi, Martha Tilaar Group juga melahirkan prestasi seperti PR Award untuk Kampoeng Djamoe dan sejumlah penghargaan lainnya untuk berbagai produk kosmetika inovasinya.  "Bisa menjadi role model yang diakui PBB adalah sebuah pencapaian. Selain juga meyakinkan anak muda bahwa mereka bisa mengembangkan apa saja dari lingkungannya," kata penulis sejumlah buku, yang satu di antaranya berjudul "Kecantikan Perempuan Timur" ini.

Kepedulian Martha dalam menjalankan bisnis dengan melestarikan lingkungan dan kearifan lokal, juga dilirik organisasi lingkungan. Martha berpartisipasi aktif dalam World Wild Fund Indonesia (WWF) dan Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI) sebagai board of trustees.

Mental "djitu" menjawab tantangan
Membangun entrepreneurship harus dibekali mental "djitu", tegas perempuan yang melahirkan anak pertama di usia 42 tahun setelah 16 tahun menikah. Mental "djitu" inilah yang menguatkan bisnis dan dirinya dalam menghadapi berbagai kendala. Bagaimanapun, kesuksesan yang dinikmati saat ini bukan didapati tanpa hambatan dan tantangan. Sepanjang perjalanan, hambatan dari luar lebih menjadi kendala bisnis Martha Tilaar. Keharmonisan hubungan dalam keluarga, profesionalisme dan sikap saling menghargai yang dibangun sebagai budaya kerja melatari kesuksesan Martha Tilaar Group.

Sementara menyambut tantangan di era perdagangan bebas dengan AFTA, Martha sudah bersiap dengan berbagai inovasi. Sistem kerja sama dengan konsep franchise dipilih Martha untuk mempromosikan produk lokal ke tingkat dunia. Melalui Martha Tilaar Shop, produk lokal dari dapur riset Martha diyakini akan mendunia. Kematangan bisnis ini juga lah yang membuat Martha percaya diri  memasuki lantai bursa pada akhir 2010 lalu.  "IPO Martha Tilaar (PT Martina Berto-RED) over subsrcibe," katanya bangga.
Ke depan dana ini akan dimanfaatkan untuk meningkatkan riset dan pengembangan produk, pembangungan pabrik baru di Cikarang, selain juga mengembangan Martha Tilaar Shop di Asia Pasifik. "R&D perlu terus dikembangkan untuk menghasilkan produk yang bisa memenuhi kebutuhan perawatan kulit Asia. Kita jangan menjadi katak dalam tempurung," jelas Martha yang siap dan yakin dengan bisnis kecantikannya menyongsong era AFTA 2015 nanti.